Beranda | Artikel
Hadits Arbain Ke 38 - Wali Allah Adalah Orang-Orang Yang Beriman dan Bertakwa
Senin, 3 Januari 2022

Bersama Pemateri :
Ustadz Anas Burhanuddin

Hadits Arbain Ke 38 – Wali Allah Adalah Orang-Orang Yang Beriman dan Bertakwa merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Anas Burhanuddin, M.A. dalam pembahasan Al-Arba’in An-Nawawiyah (الأربعون النووية) atau kitab Hadits Arbain Nawawi Karya Imam Nawawi Rahimahullahu Ta’ala. Kajian ini disampaikan pada Selasa, 24 Jumadil Awal 1443 H / 28 Desember 2021 M.

Status Program Kajian Kitab Hadits Arbain Nawawi

Status program kajian Hadits Arbain Nawawi: AKTIF. Mari simak program kajian ilmiah ini di Radio Rodja 756AM dan Rodja TV setiap Selasa sore pekan ke-2 dan pekan ke-4, pukul 16:30 - 18:00 WIB.

Download juga kajian sebelumnya: Hadits Arbain Ke 37 – Allah Mencatat Kebaikan dan Keburukan

Kajian Hadits Arbain Ke 38 – Wali Allah Adalah Orang-Orang Yang Beriman dan Bertakwa

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ : «إِنَّ اللهَ تَعَالَى قَالَ: مَنْ عَادَى لِي وَلِيّاً فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالحَرْبِ. وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِيْ بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ. وَمَا يَزَالُ عَبْدِيْ يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ، وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ، وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا، وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا. وَلَئِنْ سَأَلَنِي لَأُعْطِيَنَّهُ، وَلَئِنْ اسْتَعَاذَنِي لَأُعِيْذَنَّهُ» رَوَاهُ البُخَارِيُّ.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Sungguh Allah berfirman: ‘Barangsiapa yang memusuhi salah satu waliKu, maka Aku telah umumkan perang kepadanya. Dan tidaklah seorang hambaKu mendekatkan diri kepadaKu dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada amalan yang Aku wajibkan atas dia. Dan hambaKu masih terus mendekatkan diri kepadaKu dengan amalan-amalan sunnah sampai Aku mencintainya. Dan kalau Aku sudah mencintainya, maka pendengarannya yang dengannya dia mendengar sesuai dengan keinginanKu, matanya yang dengannya dia melihat juga sesuai dengan keinginanKu, tangannya yang dengannya dia memegang dengan kuat juga berjalan sesuai dengan keinginanKu, dan kakinya yang dengannya dia berjalan itu juga sesuai dengan keinginanKu. Dan kalau seandainya dia meminta, niscaya Aku akan beri. Dan kalau seandainya dia meminta perlindungan maka Aku akan berikan perlindungan.`” (HR. Bukhari)

Lihat juga: Tabligh Akbar: Mencintai Wali-Wali Allah (Syaikh Prof. Dr. ‘Abdur Razzaq Al-Badr)

Mengumumkan perang

Hadits ini berisi ancaman untuk mereka yang memusuhi wali-wali Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tapi siapa wali-wali Allah itu?

Wali berasal dari kata “kedekatan”. Pokok dasar wali adalah kedekatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Wali adalah orang-orang yang dekat dan dicintai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala karena sebelumnya dia mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, sebelumnya dia mencintai Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dia tunjukkan itu dengan amal-amal shalih dan memperbanyak takwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka akhirnya Allah Subhanahu wa Ta’ala mencintainya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ…

“Katakanlah wahai Rasulullah: ‘Jika kalian mencintai Allah, maka ikutilah aku, niscaya Aku akan mencintai dan mengampuni dosa-dosa kalian…” (QS. Ali-Imran[3]: 31)

Jadi berawal dari mengaku cinta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, kemudian dibuktikan dengan ittiba’ (mengikuti jalan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam), menjalankan ketaatan dan ibadah sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Maka buahnya adalah dicintai Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Yang mengaku cinta banyak, tapi banyak yang hanya sekedar klaim dan mengaku-ngaku, tidak benar-benar bisa membuktikan cintanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Adapun wali adalah mereka yang benar-benar membuktikan cintanya kepada Allah dan buktinya adalah bahwasanya Allah kemudian mencintai dia. Karena mengklaim cinta kepada Allah itu gampang, tapi mendapatkan cinta dari Allah Subhanahu wa Ta’ala ini yang susah. Makanya sebagian ulama mengatakan:

ليس الشأن أن تُحب ولكن الشأن أن تُحَب

“Yang penting itu bukan engkau mengklaim cinta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, tapi yang lebih penting adalah Allah cinta kepadamu atau tidak.”

Yang lebih bernilai/berharga adalah kalau Allah cinta kepada kita. Maka barangsiapa yang Allah sudah cintai maka berarti dia adalah wali Allah.

Dalam ayat yang lain Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan bahwasanya para wali adalah yang memiliki kriteria:

الَّذِينَ آمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ

“Mereka adalah orang-orang yang beriman dan bertakwa.” (QS. Yunus[10]: 63)

Jadi mereka adalah orang-orang yang imannya tebal, takwanya tinggi, kemudian mereka mendapatkan cinta dari Allah Subhanahu wa Ta’ala karena keshalihan mereka. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

…وَهُوَ يَتَوَلَّى الصَّالِحِينَ

“Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala mencintai orang-orang shalih.” (QS. Al-A’raf[7]: 196)

Konsep kewalian dalam agama kita sederhana, tidak identik dengan kejadian-kejadian aneh. Wali tidak harus memiliki kemampuan-kemampuan luar biasa, tidak harus memiliki karomah yang sifatnya adalah kejadian-kejadian aneh yang mirip dengan mukjizatnya para Nabi dan Rasul.

Wali juga bukan orang yang gila, kemudian orang-orang di sekitarnya meyakini hal-hal yang tidak masuk akal tentang orang itu, bukan itu. Wali dalam konsep Al-Qur’an dan sunnah Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah orang-orang yang mencintai Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan cinta yang sesungguhnya. Kemudian sebagai buahnya Allah Subhanahu wa Ta’ala mencintai mereka karena keshalihan dan takwa mereka yang tinggi serta iman mereka yang tebal.

Merekalah para wali yang kita tidak boleh memusuhi mereka. Kewajiban kita adalah mencintai mereka karena Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kita menghormati dan mencintai mereka karena mereka sudah sedemikian mencintai Allah Subhanahu wa Ta’ala, mereka telah buktikan cintanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan berbagai ketaatan dengan melakukan berbagai ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan insyaAllah di sekitar kita selalu ada orang-orang seperti itu. Masih banyak orang baik yang banyak beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan tidak banyak berbuat maksiat.

Mereka itulah orang-orang yang banyak datang ke masjid, banyak beribadah di masjid, shalat jamaah, melakukan berbagai ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, memiliki ibadah sosial yang banyak, birrul walidain, membantu tetangga dan lain sebagainya. Orang-orang seperti itu adalah para wali Allah Subhanahu wa Ta’ala, meskipun mereka tidak memiliki kemampuan-kemampuan linuwih. Karena bukan itu patokannya. Patokannya adalah iman, takwa dan keshalihan.

Maka kalau di sekitar kita ada orang-orang seperti itu mari kita cintai mereka karena Allah Subhanahu wa Ta’ala, kita hormati mereka dan jangan sampai kita memusuhi atau membenci mereka. Karena kalau sampai kita memusuhi mereka maka Allah Subhanahu wa Ta’ala sudah mengumkan perang kepada kita. Na’udzubillahi min dzalik.

Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download mp3 kajian dan simak kajian yang penuh manfaat ini.

Download mp3 Kajian Hadits Arbain Ke 38 – Wali Allah Adalah Orang-Orang Yang Beriman dan Bertakwa


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/51255-hadits-arbain-ke-38-wali-allah-adalah-orang-orang-yang-beriman-dan-bertakwa/